03 November 2016

Kos-kosan Menyan (2) : Kether


Selain kegemarannya mengoleksi lagu-lagu Peterpan dan menulis puisi. Kether ini orangnya ceplas ceplos dalam mengungkapkan sesuatu, bahkan dengan siapa saja. Tak pandang dengan siapa ia berbicara.

Tapi, saya beruntung, mempunyai teman seperti mereka. Sebajingan-bajingannya mereka, saya tak pernah menyesal mempunyai teman semacam Subur, Arul, dan Kether ini.

Walaupun kadang kami tak cocok satu sama lain, terutama dengan Kether. Bahkan kadang, tingkah polah Kether ini cenderung membahayakan dirinya dan teman-teman disekitarnya.

Pernah suatu ketika, sekitar akhir tahun 2007. Saat kami akan memesan minuman disalah satu warung makan --semacam kedai--, di bilangan Timoho. Saat itu, warung makan sangat ramai sekali.

Penjual warung makan itu adalah seorang wanita muda dengan paras yang sangat menawan dan juga aduhai montok.

Subur, yang pertama kali memesan minuman ke penjaga warung itu.

"Mbak, aku pesen es teh tawar satu ya"

Sipenjual kemudian mencatat pesanan Subur di selembar kertas.

Berikutnya, saya memesan es jeruk, kemudian Arul memesan teh panas.

Lagi-lagi perempuan sintal itu mencatat pesanan saya dan Arul di selembar kertas, yang sekilas tampak semacam nota itu.

Kether, yang sejak dari tadi clingak-clinguk memperhatikan daftar menu. Tiba-tiba ia bilang ke penjaga warung, dengan suara cukup keras.

"Nek pesen susu sing kemringet, ada mbak?"

Bagitu mendengar Kether nyeletuk seperti itu. Subur dan Arul dengan segera menggelandangnya keluar dari warung tersebut.

Dalam benak saya, sesuatu tidak aman pasti bakal terjadi. Saat itu juga, saya membatalkan pesanan kami. Dengan muka memerah, saya bilang ke mbak penjaga warung.

"Maaf mbak, kami tak jadi pesan"

Sesaat, saya langsung lari keluar menghampiri tiga kawan saya itu. Benar saja, Subur sedang menginterogasi Kether.

"Ther, Kether. Kowe ki pancen bajingan tenan kok. Asu kowe ki..."

"Lho, salahku ki opo je, Bur?"

"Kowe ki ora tau nduwe salah. Mung cangkemmu ki layak ditapuki wong sak warung." Jawab Subur dengan muka masam sekali.

***
Baca kisah Kos-kosan Menyan yang lain:

Kos-kosan Menyan (1)
Kos-kosan Menyan (2)
Kos-kosan Menyan (3)
Kos-kosan Menyan (4)