13 August 2015

Sejarah Dibangunnya Selokan Mataram Jogja

Tags



Dari Legenda hingga Penyelamat Rakyat

Bila kita mengunjungi kawasan utara kota Yogyakarta seperti daerah kampus UGM di Bulaksumur atau Babarsari, Sleman dan sekitarnya, kita akan menemui aliran sungai yang membelah kawasan tersebut. 

Warga Jogja sekarang ini menyebutnya sebagai Selokan Mataram. Selokan Mataram adalah salah satu saluran air buatan dalam Jaringan Saluran Induk Mataram (JSIM). Selain Selokan Mataram, JSIM juga terdiri atas Saluran Induk Karang Talun (3 km) dan Saluran Van der Wicjk (17 km). 

Seperti namanya, ketiga saluran ini adalah saluran induk yang dibuat untuk mengairi berbagai kawasan lahan pertanian terutama di bagian utara Yogyakarta agar dapat berproduksi sepanjang tahun. 

Dari saluran-saluran induk tersebut, petani membuat saluran-saluran kecil yang mengalirkan air irigasi menuju sawah dan ladang mereka.

Sebelum saluran-saluran tersebut dibuat, Yogyakarta adalah wilayah pertanian yang gersang dengan hasil pertanian yang sangat minim. Pengairan lahan pertanian di masa itu hanya mengandalkan air hujan karena minimnya sumber air alami. 

Sungai dan kali yang membelah kawasan inti Kerajaan Mataram saat itu, seperti sungai Code, sungai Winongo dan sungai Gajah Wong tidak bisa diandalkan untuk irigasi. 

Salah satunya adalah karena bentuk aliran sungai yang curam dan posisi aliran air seolah di dasar jurang aliran sungai, padahal kawasan dataran yang memungkinkan untuk dijadikan lahan pertanian berada jauh di atasnya.


Berikut Merupakan 10 Fakta Menarik Selokan Mataram yang dirangkum dari berbagai sumber sebagai referensi wawasan anda.



1. Selokan Mataram Melintas Di Atas 24 Sungai dan Mengalir Di Bawah 3 Sungai

Meski keberadaan selokan mataram kian terasing dari kehidupan masyarakat Jogja. Secara fisik memang selokan ini masih membentang seperti aslinya di masa lalu, namun perlahan-lahan peran dan maknanya mulai tergusur dari kehidupan sehari-hari masyarakat Jogja. 

Padahal selain nilai sejarahnya, selokan ini sangat berkaitan dengan kebutuhan paling vital manusia yaitu air.


2. Selokan Mataram Menyusup di Bawah Tanah Pemukiman Penduduk

3. Selokan Mataram Monumen Sejarah Terpanjang di Indonesia Dengan Panjang 31,2 Kilometer.

Total, aliran irigasi ini merentang sejauh 30-an kilometer dari sungai Progo di sebelah barat Yogyakarta hingga sungai Opak di bagian timur Yogyakarta. 

Melintas di atas 24 sungai dan mengalir di bawah 3 sungai (Bathang, Krasak, Code) serta  menyusup di bawah tanah pemukiman penduduk (Pedukuhan Jetis, dusun Ngluwar dan Krajan Desa Bligo. 

4. Selokan Mataram Disebut Juga Sebagai Kanal Yoshiro

Nama kanal Yoshiro memang cukup asing ditelinga warga Jogja, Kebanyakan dai kita sekarang menyebutnya sebagai Selokan Mataram, namun menurut beberapa sumber aliran sungai ini pernah dikenal dengan nama Kanal Yoshiro. 

Nama Yoshiro sendiri berasal dari tokoh Simazu Yoshiro, seorang Jenderal besar dari Jepang keturunan klan Shimazu di masa Sengoku. Sangat masuk akal karena keberadaan Selokan Mataram ini sendiri sudah ada sejak jaman penjajahan Jepang.

5. Selokan Mataram Merupakan Monumen 'Tahta Untuk Rakyat' Peninggalan Sinuwun Sri Sultan Hamengkubuwono IX

Berkat lobby yang dilakukan Sri Sultan HB IX terhadap pemerintah Jepang pada saat itu, rakyat Jogja berhasil membangun aliran sungai yang menjadi bagian penting dari kemandirian dan kemakmuran warga Jogja yang mayoritas sebagai petani.

6. Selokan Mataram Dibangun Atas Kecerdikan Sultan Unuk Mengelabui Jepang Agar Rakyatnya Tidak Dikirim Keluar Jogjakarta Sebagai Romusha

Pembangunan selokan mataram merupakan buah dari kecerdikan dan kasih seorang raja kepada rakyatnya. Menurut sejarah, ide pembangunan Selokan ini berdasarkan dari keinginan Sultan untuk melindungi rakyatnya dari kerja paksa romusa yang dilakukan Jepang pada saat itu, karena kita semua mengetahui bahwa para romusa seringkali menemui nasib yang mengenaskan, meninggal di perantauan atau tidak pernah kembali ke kampung halaman. 

Dalam benak Sultan, jika rakyat terpaksa harus mengikuti romusa, maka mereka harus tetap bekerja di wilayah Kasultanan Jogjakarta dan hasil dari kerja mereka harus bermanfaat bagi diri mereka sendiri dan anak-cucu mereka kelak. 

Maka, Sultan pun mengajukan usulan untuk membuat saluran irigasi yang bisa menghubungkan sungai Progo di arah barat dan sungai Opak di bagian timur Jogjakarta kepada pemerintah Jepang. Total aliran irigasi ini membentang sejauh 30an kilometer. Permintaan Sultan disetujui sehingga rakyat Jogja selamat dari kewajiban romusa. 

7. Ide Selokan Mataram Terinspirasi Dari Sunan Kalijaga (Yogyakarta bisa makmur jika Kali Progo dan Sungai Opak bersatu)

Banyak sumber menyebutkan bahwa ide Sultan untuk membangun Selokan ini berasal dari perkataan Sunan Kalijogo, salah seorang penyebar Islam di Nusantara, yang menyatakan bahwa bumi Mataram akan subur dan rakyatnya sejahtera jika Sungai Progo dan Sungai Opak bisa saling terhubung. 

Tentu sangat sulit membayangkan pada waktu itu bagaimana bisa menyatukan dua buah sungai yang jaraknya saling berjauhan, bahkan bisa dibilang pekerjaan mustahil jika mengingat jarak antara kedua sungan yang saling berjauhan. 

Akan tetapi berkat kecerdikan seorang raja, hal yang dahulu terdengar mustahil tersebut dapat diwujudkan dengan kerja keras warga Jogja sendiri sehingga terbuktilah kata-kata Sunan Kalijaga. 

Perlu diketahui bahwa sebelum pembangunan Selokan Mataram, dataran rendah luas di antara kedua sungai besar itu, yang sekarang masuk wilayah Kabupaten Bantul, Kabupaten Sleman, dan Kota Yogyakara, merupakan daerah kurang produktif. 

Tanaman pangan hanya bisa ditanam pada musim hujan saja. Tak ada harapan jika kemarau datang. Sri Sultan mengusulkan kepada Jepang agar warganya diperintahkan untuk membangun sebuah selokan saluran air yang menghubungkan Kali Progo di barat dan Sungai Opak di timur. 

Dengan demikian lahan pertanian di Yogyakarta yang kebanyakan lahan tadah hujan bisa tetap diairi pada musim kemarau sehingga mampu menghasilkan padi dan bisa memasok kebutuhan pangan Tentara Jepang.

8. Selokan Mataram Dibangun Pada Masa Pendudukan Jepang Tahun 1942

9. Selokan Mataram sebenarnya sudah ada dalam bentuk parit pertahanan, sejak era Panembahan Pasopati pada tahun 1588.

10. Selain membawa kemakmuran, Selokan Mataram juga merupakan Pondasi (Alas) Segitiga Emas Bisnis Lokal di Yogyakarta 

Hingga saat ini, Selokan yang bisa mengairi puluhan ribu hektar sawah tersebut masih berfungsi dengan baik meski di sana-sini kita dapat melihat bahwa pada wilayah-wilayah tertentu kondisinya tampak memprihatinkan karena banyaknya sampah dan limbah. 

Hal itu terjadi karena barangkali situs bersejarah yang telah memberi banyak jasa bagi pertumbuhan masyarakat.


Selokan Mataram menyimpan makna yang lebih dalam dan berkat keberadaannya rakyat Jogja bisa lebih maju dalam bidang pertanian seperti sekarang.


Sumber : cahyogya.com